Senin, 22 Oktober 2012

Sejarah Beberapa Tari Tradisional

Diposting oleh Unknown di 10.25

.1.      Tari Topeng

Menurut sejarah, tari topeng cirebon muncul saat Sunan Gunung Jati yang tengah memegang kekuasaan sebagai sultan di Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati mendapatkan perlawanan dari Pangeran Welang yang berasal dari Karawang, Jawa Barat. Pangeran Welang memiliki sebuah pedang yang sangat sakti. Kesaktian pedang itu bahkan tidak terkalahkan oleh paduan kekuatan antara Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga. Untuk menyiasatinya Sunan Gunung Jati pun melakukan perlawanan melalui kesenia. Perang kesenian pun akhirnya terjadi diantara Pangeran Welang dan Sunan Gunung Jati. Ketika berperang secara kesenian itulah, Sunan Gunung Jati menampilkan  pertunjukan Tari Topeng yang dibawakan oleh Nyi Mas Gandasari, wanita cantik yang berasal dari Cirebon. Melihat kecantikkan serta kelemah gemulaian Nyi Mas Ganda sari, Pangeran Welang pun jatuh cinta. Ia rela memberikan pedang saktinya pada Sunan Gunung Jati dan mengakui kekalahannya. Semenjak dari situlah kebudayaan Tari Topeng berkembang.

2.      Tari Merak
merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965. Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993. Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina. Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang. Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual pekawinan. Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan oleh sang penari. Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan. Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika penari menggerakan kepalanya.

3.      Tari Piring
Sejarah Tari Piring Salah satu seni tari asal Minangkabau, Sumatera Barat yang masih sering dipentaskan adalah tari piring (tari piriang ). Tari yang identik dengan penari cantik yang menggunakan piring ini menurut sejarahnya telah ada sejak 800 tahun yang lalu. Dan terus berkembang dalam budaya Minangkabau. Tari piring taeus berkembang hingga ke zaman kerajaan Sri Vijaya (kerajaan Sriwijaya) dan runtuhnya kerajaan tersebut oleh kerajaan Majapahit pada abad ke-16 ternyata tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut. Justru dengan runtuhnya kerajaan Sri Wijaya, membuat tari piring makin dikenal oleh negara Melayau lainnya seperti Malayasia. Perkembangan tari piring di negara-negara Melayu dipicu oleh pelarian orang-orang Sri Wijaya ke negara-negara tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika di Malaysia tarian piring juga sering digunakan dalam acara perkawinan khususnya perkawinan kalangan masyarakat berada seperti bangsawan dan hartawan. Menurut sejarah tari piring, tarian ini diciptakan untuk menunjukan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis – gadis cantik. Namun seiring masuknya Islam di daerah Melayau, fungsi tarian piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi para dewa, namun ditujukan untuk para raja dan pejabat. Tari piring pun tidak hanya dinimakti oleh kalangan atas saja, tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Dan seiring perkembangan zaman, tari piring tidak hanya ditujukan untuk raja dalam konteks pemimpin negara, tapi juga pada raja – ratu sehari alias pengantin. Tarian piring biasanya ditampilkan pada saat pengatin sedang bersanding dalam pelaminan.

4.      Tari Payung
Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak perubahan dan dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat. Awalnya tari ini memiliki makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang memperlihatkan bagaimana perhatian seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung menjadiicon bahwa keduanya menuju satu tujuan yaitu membina rumah tangga yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung yang ada sebagai alat ungkap budaya Minangkabau. Keberagaman tersebut hanyalah varian dari tari-tari yang sudah ada sebelumnya. Sikap ini penting diambil untuk kita tidak terjebak dengan penilaian bahwa varian tari yang satu menyalahi yang lainnya. Sejauh tari tersebut tidak melenceng dari akar tradisinya, maka kreasi menjadi alat kreativitas seniman dalam menyikapi budaya yang sedang berkembang.

5.      Tari Pendet
 termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tariBali, I Nyoman Kaler,pada tahun 1970-an yang bercerita tentang turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet, baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Pada dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif. Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada, merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk tarian upacara. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari “Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di Hawaii. Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.Dan tari pendet disepakati lahir pada tahun 1950.

6.      Tari Gambyong
 Seni tari yang berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Asal mula tari Gambyong ini berdasarkan nama seorang penari jalanan (dalam bahasa jawanya penari jalanan disebut tledek, kadang terdengar kledek). Nama seorang penari ini adalah Gambyong. Ia hidup pada zaman Sinuhun Paku BUwono ke IV di Surakarta Sekitar tahun 1788 – 1820. Gambyong ini dikenal sebagai seorang penari yang cantik dan bisa menampilkan tarian yang cukup indah. Gambyong pun terkenal di seluruh wilayah Surakarta kemudian terciptalah Tari Gambyong. Jadi tari gambyong ini diambil dari Nama seorang Penari Wanita.

0 komentar:

Posting Komentar

 

MELESTARIKAN BUDAYA NASIONAL SENI TARI Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos